LAPORAN PENDAHULUAN RABIES
A. Definisi
Rabies berasal dari kata latin
“rabere” yang berarti “gila”, di Indonesia dikenal sebagai penyakit anjing
gila. Penyakit anjing gila (rabies) adalah suatu penyakit menular yang akut,
menyerang susunan syaraf pusat, disebabkan oleh virus rabies jenis Rhabdho
virus yang dapat menyerang semua hewan berdarah panas dan manusia.Rabies adalah
suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan peradangan otak dan
medulla spinalis. Rabies atau dikenal
juga dengan istilah penyakit anjing gila adalah penyakit infeksi yang bersifat
akut pada susunan saraf.
B. Etiologi
Adapun vektor dalam penularan penyakit ini adalah anjing, kucing
dan binatang-binatang liar seperti kera, kelelawar, rakun, serta rubah.
C. Cara
penularan
Virus rabies ditemukan dalam jumlah banyak pada air liur hewan
yang menderita rabies. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia
terutama melalui :
·
Luka gigitan
·
Jilatan pada luka /
kulit yang tidak utuh
·
Jilatan pada selaput
mukosa yang utuh
D. Masa
inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya
gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing kurang
lebih 2 minggu (10 hari - 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun.
Masa inkubasi tergantung dari :
·
Lokasi gigitan,
biasanya paling pendek pada orang yang digigit di daerah kepala, tempat yang
tertutup celana pendek
·
Bila gigitan terdapat
di banyak tempat
·
Umur
·
Virulensi (banyaknya
virus yang masuk melalui gigitan / jilatan)
E. Patofisiologi
Virus rabies yang terdapat pada air
liur hewan yang terinfeksi, menularkan kepada hewan lainnya atau manusia
melalui gigitan atau melalui jilatan pada kulit yang tidak utuh . Virus akan
masuk melalui saraf-saraf menuju ke medulla spinalis dan otak, yang merupakan
tempat mereka berkembangbiak dengan kecepatan 3mm / jam. Selanjutnya virus akan
berpindah lagi melalui saraf ke kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.
Pada 20% penderita, rabies dimulai
dengan kelumpuhan pada tungkai bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi
penyakit ini biasanya dimulai dengan periode yang pendek dari depresi mental,
keresahan, tidak enak badan dan demam. Keresahan akan meningkat menjadi
kegembiraan yang tak terkendali dan penderita akan mengeluarkan air liur.
Kejang otot tenggorokan dan pita
suara bisa menyebabkan rasa sakit yang luar biasa. Kejang ini terjadi akibat
adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernafasan. Angin
sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan kekejangan ini. Oleh
karena itu penderita rabies tidak dapat minum, gejala ini disebut hidrofobia
(takut air). Lama-kelamaan akan terjadi kelumpuhan pada seluruh tubuh, termasuk
pada otot-otot pernafasan sehingga menyebabkan depresi pernafasan yang dapat mengakibatkan
kematian.
F. Tanda
rabies pada hewan
a.
Bentuk diam
( dumb rabies )
-
Air liur menetes
berlebihan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan hewan tidak dapat mengunyah
dan menelan makanan
-
Tidak ada keinginan
pada hewan untuk menyerang atau menggigit
-
Seluruh bagian tubuh
mengalami kelumpuhan
-
Hewan akan mati dalam
beberapa jam
b.
Bentuk
ganas ( farious rabies )
-
Hewan menjadi agresif
dan tidak lagi mengenal pemiliknya
-
Menyerang orang, hewan,
dan benda-benda yang bergerak
-
Bila berdiri sikapnya
kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya
-
Pada anak anjing akan
menjadi lebih lincah dan suka bermain , tetapi akan menggigit bila dipegang dan
akan menjadi ganas dalam beberapa jam
G. Gejala rabies pada manusia
-
Diawali dengan demam ringan atau
sedang, sakit kepala, nafsu makan menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan
perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri
berdenyut)
-
Rasa takut yang sangat
pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara
-
Air liur dan air mata
keluar berlebihan
-
Pupil mata membesar
-
Bicara tidak karuan,
selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
-
Selanjutnya ditandai
dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal dunia
H. Tahapan
penyakit rabies
Perjalanan penyakit rabies pada anjing dan
kucing dibagi dalam 3 fase (tahap).
a.
Fase prodormal
hewan mencari tempat dingin dan menyendiri ,
tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata melebar dan sikap
tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari . Setelah fase
Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bisa langsung ke fase Paralisa
b.
Fase eksitasi
hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja
yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata
menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke
fase Paralisa.
c.
Fase paralisa
Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir
dengan kematian.
I. Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum
terjangkit virus atau segera setelah terjangkit. Sebagai contoh, vaksinasi bisa
diberikan kapada orang-orang yang beresiko tinggi terhadap terjangkitnya virus,
yaitu :
·
Dokter hewan
·
Petugas laboratorium
yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
·
Orang-orang yang
menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing
banyak ditemukan
·
Para penjelajah gua
kelelawar
Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar
antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap penyebaran
selanjutnya harus mendapatkan dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
J. Penatalaksanaan
a. Penangana
pertama pada orang yang digigit
·
Segera cuci
luka gigitan dengan air bersih dan sabun atau detergen selama 10 sampai 15
menit (gigitan yang dalam disemprot dengan air sabun ) kemudian bilas dengan
air yang mengalir , lalu keringkan dengan kain bersih.
·
Luka
kemudian diberi obat luka yang tersedia (misalnya betadin) lalu dibalut dengan
pembalut atau kain yang bersih.
·
Korban
secepatnya dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk mendapat
perawatan lebih lanjut.
b. Penanganan
terhadap hewan yang digigit
Anjing, kucing dan k era yang
menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai menderita rabies. Terhadap
hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai berikut :
·
Bila hewan tersebut
adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya , maka hewan tersebut harus
ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi selama
14 hari. Bila hasil observasi negatif rabies maka hewan tersebut harus mendapat
vaksinasi rabies sebelum diserahkan kembali kepada pemiliknya.
·
Bila hewan yang
menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus
diusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat
untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai hewan tersebut dapat
dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan , setelah terlebih dahulu
diberi vaksinasi rabies.
·
Bila hewan yang
menggigit sulit ditangkap dan terpaksa harus dibunuh, maka kepala hewan
tersebut harus diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Jika seseorang digigit hewan, maka hewan
yang menggigit harus diawasi.
mana diagnosanya????
BalasHapus